Jumat, 25 Maret 2016

Selamat Tinggal TV Digital Terrestrial

TENGOKLAH bilah samping kiri blog ini; posting yang nangkring teratas sebagai yang sering dibaca adalah mengenai tv digital. Beratus-ratus komentar mampir di salah satu artikel saya tentang pengganti sistem analog dalam dunia pertelevisian itu. Tandanya, masih banyak yang berminat menikmati siaran tv digital terrestrial yang sayangnya sampai kini progress-nya hanya begitu-begitu saja. Ya, bisa jadi saya salah. Bisa jadi regulasi yang lebih matang telah siap dieksekusi untuk diterapkan di lapangan, dan sebagai pemirsa kita akan sangat dimanjakan dengan gambar-suara bening plus konten siaran yang banyak sekali dengan genre dan segmentasi beragam.

Jujur, sejak asyik belajar tracking pakai antena parabola, saya sudah agak lama tidak melihat konten siaran pada kanal digital terrestrial, sehingga kalau ditanya ada berapa channel yang sekarang on air di Surabaya ini, saya hanya bisa angkat bahu; tidak tahu.

Tentang tv digital, boleh jadi kita yang tinggal di kota ini sudah ketinggalan dengan saudara-saudara kita yang tinggal di pedalaman. Sementara kita yang di kota masih mengharap digital terrestrial (sistem penyiaran yang dipancarkan lewat antena pemancar) mereka sudah menangkap dengan kualitas HD siaran dari banyak satelit, tidak cuma siaran yang terpancar dari satelit Palapa dan Telkom saja. (Eit, eit, jangan bicara yang pay tv ya, saya sedang bicara tentang yang FTA saja, walau –dengan reciever tertentu yang bisa dipakai fly-- saudara kita di pedalaman sudah bisa menembus ke konten premium yang masuk dalam jajaran channel pay tv).

Kecuali parabola milik pay tv, bukankah yang untuk FTA ukurannya sebesar gajah dan makan tempat. Padahal rumah kita di kota kurang ada tersedia tempat untuk menaruh dish yang minimal berdiameter 1,6 meter itu. Kendala inilah yang sepertinya dibidik Ninmedia, sebuah perusahaan yang menghimpun pemilik konten siaran untuk menayangkannya lewat satelit secara gratis (FTA-- Free to Air) dengan menggunakan parabola kecil type offset seperti yang lazim digunakan pay tv.

Ya, kita masih sedang membicarakan satelit Chinasat11 yang kini hangat diperbincangkan, yang konon nanti berisi lebih dari 200 (baca: duaratus!) konten siaran dan itu gratis selamanya. Dengan jangkauan (beam) seluruh Indonesia, ia manjadi momok bagi program tv digital yang kita ungkap di awal tulisan ini.
Gambarannya begini; demi bisa bersiaran di kanal digital terrestrial, sebuah lembaga penyiaran yang tidak memenangi pengadaan MUX, harus menyewa kepada si pemenang dengan harga sekian puluh juta rupiah sebulan untuk jangkauan satu kota tertentu. Katakanlah ia akan bersiaran di lima kota, kalikan saja biaya sewa MUX itu dengan nominal tersebut. Sementara, dengan menyewa slot siaran di satelit Chinasat11, ambil contoh, penyelenggara siaran cuma membayar konon hanya 150 juta rupiah sebulan dengan jangkauan seluruh Indonesia. Simple mana, coba. Dan murah mana? Tentu murah sewa slot satelit Chinasat11 yang ditawarkan Ninmedia bukan?

Kini, yang sudah aktif baru 1 transponder (dari lima yang haknya dipegang Ninmedia) dan masing-masing transponder akan berisi 45 slot siaran. Beberapa stasiun televisi lokal/nasional yang telah mengudara di situ (MetroTV, tvOne, antv, Net, BeritaSatu, KompasTV, TransTV, Trans|7, SCTV, Indosiar, RajawaliTV, Prambors, PopularTV, Saluran Film Indonesia, SportOne dll –kalau MNC grup juga sudah berada disitu, lengkap sudah channel Palapa-Telkom di Chinasat11), dan saluran lain masih dalam tahap Coming Soon.

Ambil misal SportOne, banyak orang menunggu stasiun televisi khusus olahraga pertama di Indonesia itu mengudara via MUX Viva bersama antv dan tvOne (karena memang satu grup), tapi justru kini ia telah mengudara secara nasional lewat Chinasat11. Bagaimana, apa masih terlalu berharap pada kanal digital terrestrial?

Memang STB (Set Top Box) alias reciever untuk satelit harganya malah lebih murah dari DVB-T2, tetapi kan harus ganti antena UHF menjadi antena parabola. Come on, Anda bisa pakai antena pay tv jenis Ku band yang nganggur di atas itu yang sudah lama tak berfungsi karena Anda telah berhenti melanggani sebuah pay tv tertentu. Atau, kalau tidak ada, carilah ke pengepul barang rongsokan, niscaya –kalau Anda beruntung, Anda bisa mendapatkannya dengan harga yang sama sekali tak akan menguras isi kantong.

Lalu kalau Anda punya waktu, tracking-lah ke posisi 98.0ยบ E, masukkan frekuensi 12500 V 43200, dapat deh konten-konten yang saya sebut di atas. Atau, kalau belum-belum sudah merasa ribet dan tak punya waktu juga skill, panggillah teknisi untuk keperluan itu. Itu kalau Anda tak punya waktu tetapi punya uang. Hehe...

Kemudian, kalau sudah kita dapatkan konten siaran yang buanyak sekali di Chinasat11 itu, mari bersama berujar, “Selamat tinggal tv digital terrestrial...” *****

NB: artikel ini pertama kali saya publikasikan di www.ediwinarno.blogspot.com