Selasa, 02 April 2019

Menuju Asiasat-7

LAMA sudah dish saya (Paramount 6 feet) hanya perpasangan dengan 2 LNB saja. Untuk Palapa dan Telkom. Ada sih LNB Ku-band untuk nangkap Ninmedia. Namun dish-nya beda. Pakai bekas Aora. Yang saya beli di tukang rongsok. Empat puluh lima ribu, dapat dua. Satunya ex Telvis. Lengkap dengan LNB C-band + corongnya. Yang sampai sekarang masih nganggur. Belum dipakai nembak. Entah kapan akan saya pakai. Cocoknya untuk tracking siaran apa ya?😊

Selain saya pakai sendiri, sinyal antena saya ini juga saya bagi. Untuk tetangga. Makanya saya pakai LNB yang 4 output. Tadinya, dari yang 4 output itu, masih nganggur satu. Nah, ada satu tetangga lagi yang kepincut. Pingin. Agar gambar di tivinya clink. Bebas semut.

Seperti juga kepada tetangga yang telah pasang, saya syaratkan agar beli receiver saja. Eh, sama kabel juga ding. Itu saja. Gak perlu mereka tahu agar dapat sinyal kudu pakai LNB yang itu tuh. Ya, tahulah Anda berapa harga LNB 4 output sepasang.😊 Namun, kalaulah saya kurang mampu untuk beramal harta benda, semoga amal sinyal saya ini ada ganjarannya. πŸ˜€πŸ˜€

Saya ada sih LNB yang polaritas terpisah. Dapat nemu. Tapi pas saya jajal, eh kok zonk. Mungkin memang rusak. Makanya dibuang.

Nah, karena hari ini pas libur, sambil persiapan narik satu kabel ke rumah tetangga depan rumah, iseng saya tambah LNB lagi. Untuk Asiasat-7.

Karena tiang fokus dish saya ini satu titik berada di timur, sedang yang dua mengangkang utara-selatan, dan saya kurang semangat untuk mengubah posisinya lagi, jadinya secara urutan dari timur ke barat menjadi; Asiasat-7, Telkom-4 dan Palapa-D. Dan dari baca-baca di internet, jaraknya Asiasat-7 dengan Telkom-4 mepet-pet, dan Telkom-4 ke Palapa-D 2cm. Secara pasti tadi tidak ngukur sih. Tapi sekitar segitulah. Dan yang mendapat mandat sebagai fokus adalah Asiasat-7.

Tentang si Asiasat-7 ini ibarat mantan yang kini saya baikin lagi. Dulu saya sempat berpasangan dia. Bareng Asiasat-5. Pakai braket yang saya modifikasi. Sehingga waktu itu saya pasang 4 LNB (Palapa, Telkom, Asiasat-7 dan Asiasat-5). Untuk dish jaring saya yang 6 feet ini. Namun kali ini saya tak pasang lagi Asiasat-5. Asiasat-7 saja. Main three in one; bareng Palkom.

Apa yang saya cari di Asiasat-7? Bolakah? Bukan. Kates? Tentu juga bukan. (Memangnya disitu ada kates?!πŸ˜€πŸ˜€) Namun, kartun. Untuk si kecil. Di Asiasat-7 memang ada beberapa channel Cartoon Network yang bisa ditonton.
Beberapa channel kartun
di Asiasat-7.

Semua output di LNB telah terpakai. Sinyal telah saya bagi ke tetangga. Lalu, kalau pas saya lagi ngidam tracking dolanan dish gimana dong? Gak mungkin kan, pas tetangga lagi khusyu' nonton sinetron, lalu dish-nya saya tunggingkan ke arah barat demi menyambangi Thaicom?

Apa? Harus beli dish baru? Baiklah, usul Anda saya pertimbangkan.****




Jumat, 15 Februari 2019

2019: Siaran TV Digital Cuma 15?

KAWAN-KAWAN teknisi parabola mungkin sedang menerima berkah dari telah aktifnya satelit Telkom-4. Satelit yang juga bernama Satelit Merah Putih itu dihuni oleh beberapa transponder yang dulu bermukim di Satelit Telkom-1, dan beberapa waktu kemarin (sambil menunggu peluncuran dan aktifnya satelit Telkom-4 yang menggantikan satelit Telkom-1) terpancar via satelit Telkon-3S. Sebut saja misalnya, antv, TransTV, Trans7 dan CNN Indonesia. Berkah yang saya maksud adalah, tentu pemirsa siaran tv satelit FTA yang sedang kehilangan channel-channel tersebut (dan kebetulan tidak bisa tracking satelit sendiri) tentu meminta bantuan teknisi yang bisa mengembalikan siaran-siaran yang sedang hilang.

Walau, katanya, untuk mengembalikan arah satelit dari Telkom-3S yang berada di posisi 118ΒΊ ke Telkom-4 di posisi 108ΒΊ itu tak sulit (bagi yang bisa sih), tentu lebih gampang tracking siaran digital terrestrial. Tinggal pasang antena UHF, diarahkan ke menara pemancar, dapat dah. Perkara dapat berapa channel, itulah yang bikin geregetan. Katanya dulu, tahun 2018 ASO (Analog Switch Off). Secara gampang, itu saya terjemahkan sebagai siaran tivi analog semua telah bermigrasi ke sistem digital. Ternyata saya keliru. Terjemahannya ternyata tidak begitu. Buktinya sekarang sudah tahun 2019, dan sebagian besar siaran televisi yang kita nikmati di rumah masih terpancar via frekuensi analog yang katanya boros bandwidth itu.

Saya kurang tahu pasti kenapa para pemilik stasiun televisi itu ngotot belum juga pindah ke sistem digital. Hanya beberapa saja yang sudah. Kota yang sudah menikmati siaran digital yang cuma beberapa channel itu juga baru beberapa. Belum semua kota di Indonesia. Saya saja yang tinggal di Surabaya ini, dari dulu hingga sekarang channelnya ya cuma itu-itu melulu. Apakah tingkat kepekaan set top box saya yang kurang sensitif, ataukah arah menghadap antena saya yang merk Titis ini belum 'titis' ke menara pemancar, saya kurang tahu. Makanya, kalau dalam daftar channel yang akan saya tulis di bawah ini nanti tidak sesuai, padahal secara daya jangkau, Anda masih berada dalam satu coverage area dengan saya, silakan Anda dikoreksi.

Beberapa channel yang
tertangkap STB saya.
Baiklah, secara iseng, pagi tadi saya scan. Berharap ada MUX baru yang on air. Punya Viva, misalnya. Atau Emtek. Atau MNC. Ternyata oh ternyata, tetap belaka. Yang mengudara tetap itu-itu saja. Yang lainnya mungkin masih betah bertiarap. Entah sampai kapan.

Siaran televisi digital terrestrial untuk area Surabaya dan sekitarnya channel-channelnya yang sudah mengudara adalah sebagai berikut; MUX 506 (MetroTV, BBSTV, MetroTV), MUX 522 (TransTV, Trans7, CNN Indonesia), MUX 586 (TVRI, TVRI, TVRI-3, TVRI Sport, Inspira, SBO, NusantaraTV, CNN Indonesia, NET-HD). Itu saja. Kalau masih ada yang luput dari tangkapan set top box saya, tolong dilengkapi pada komentar ya. ****