Senin, 08 Agustus 2016

Memindah Antena Parabola

Saat masih di atas dak.
SEORANG kenalan, pekerjaannya tukang bangunan dia, bercerita pernah ketika merenovasi sebuah rumah harus memindah letak antena parabola. Nah, tanpa dasar pengetahuan tentang pointing antena, setelah dipindah ke tempat yang ditentukan, eh semua channel malah mak cling: hilang. Ya jelaslah, bukankah ketika posisi dish berubah, jangankan satu centimeter, setengahnya pun akan berpengaruh ke penangkapan sinyal.

Sebenarnya, secara prinsip, memindah antena parabola dengan memasang baru itu relatif tidak jauh beda. Yakni harus memenuhi kaidah-kaidah baku. Antara lain, tahu letak satelit yang hendak dituju, tidak terhalang bangunan atau benda padat lain, dan tiang harus tegak lurus. Itu hal dasar. Walau, ada kalanya, karena pengalaman, ada teknisi yang walau tiang penyangga antena tidak tegak lurus bisa juga pointing. Tetapi, kalau saya yang amatiran ini, posisi tegak lurus itu hal mutlak. Namanya juga newbie, bawaannya ingin sesuai pakem melulu.

Juga karena sedang direnovasi, antena parabola saya yang selama ini saya letakkan di dak atap rumah, harus saya pindah ke tempat lain agar tidak menghalangi aktifitas para tukang yang sedang membuat kamar di lantai dua. Seperti sudah pernah saya posting, antena jaring saya itu berukuran 6 feet merek Paramount dengan empat LNB (Palapa-D, Telkom-1, Asiasat-7 dan Chinasat-11).

Demi hal tersebut, saya harus mengorbankan dengan memapras pohon belimbing di depan teras rumah. Tidak sampai memotong total sih, karena nanti, kalau lantai dua sudah jadi, si Paramount saya itu akan saya naikkan lagi. Tadinya saya berpikir akan membeli tiang besi ke tukang rongsok setinggi sekitar dua setengah meter, karena tiang yang biasa saya pakai di dak rumah itu hanya pendek sekali. Padahal kalau ditaruh di depan rumah kan harus agak tinggi, agar LNB-nya tidak diutak-atik anak-anak kecil teman-teman si bungsu yang suka bermain di halaman rumah saya. Tetapi saya punya ide agar irit. Yakni, dengan hanya memakai tiang dari kayu, dengan bagian atas yang saya kasih pipa PVC ukuran 2”, yang celakanya; ternyata saat saya masuki lubang tiang mounting susah sekali. Tak bisa mak bles masuk sesuai harapan, tetapi hanya sebagiannya saja. Saya pikir segitu pun tak apa-apalah. Yang penting gak gampang goyang, yang penting sudah relatif kuat.

Tidak sendiri sih waktu memindahkannya. Karena si Paramount itu saya pindah secara utuh; tidak melepas LNB, tidak melepas tiang fokus. Dengan dibantu seorang tetangga, akhirnya si jamur saya turun takhta; dari yang tadinya di atas dak, menjadi di depan rumah.

Setelah dipindah, tentu saja pekerjaan belum selesai: saatnya cek sinyal. Apakah hilang, ataukah tinggal? Untuk ritual ini saya sangat terbantu dengan jimat sakti bernama satfinder. Dengannya, acara tracking menjadi tak perlu bawa-bawa reciever dan tv portable. Awalnya beberapa TP di satelit yang saya koleksi sempat terpantau zonk. Tetapi setelah saya goyang dumang beberapa saat, buzzer pada satfinder menjerit; batang signal terpantau sudah. Tinggal memaksimalkan saya.

Syukurlah, setalah diutak-atik sebentar, semua channel masih terpantau aman. Walau masih belum seperti saat di dak atap, CNN Indonesia yang biasanya anteng di 75%, kini agak turun sedikit dari angka itu tetapi yang penting semua tetap saja cling. Termasuk channel SpaceToon kesukaan si bungsu, dan Prambors Channel kegemaran si sulung. Celakanya, belakangan ini malah saya yang kurang suka nonton tivi, dan hanya demen utak-atik dishnya saja. Hehe..*****