Jumat, 29 Oktober 2021

PX HDA-2000B, Antena TV Indor-Outdor



SECARA
kepastian, walau karena pandemi, yang semula dijadwal dimulai bulan Agustus tahun ini diundur start-nya menjadi April tahun 2022, namun deadline-nya tetap. Analog Switch Off akan dilakukan pada 22 November 2022. Berarti persis setahun lagi bila dihitung dari saat saya membuat tulisan ini.

Artinya apa?

Setelah bertahun-tahun serasa di-PHP, semoga geliat dan progress migrasi siaran tivi dari analog ke digital benar-benar akan terjadi. Dan sepertinya memang akan segera terjadi. Sehingga kita bisa segera berdada-dada mengucap selamat tinggal siaran tivi dengan gambar kepyur bersemut. Menuju era tivi bergambar glowing, clink dan bening! Kalau menurut si Modi yang muncul di sudut layar kaca: Bersih, jernih, canggih!

Menyongsong era itu, para pelaku usaha telah menyambutnya dengan -bisa diintip dari aneka kebutuhan yang terkait dengan itu- mulai marak di pasaran. Dari mulai produsen pesawat tivi yang kabarnya akan segera berhenti memproduksi pesawat tivi analog, dan segera total memproduksi tivi digital, bahkan mulai dari ukuran inch yang biasa dijangkau kelas menengah, aneka merk STB yang membanjiri pasaran membuat harga makin membumi, termasuk tersedianya aneka merk antena yang mendaku sebagai antena khusus digital.

Minggu, 30 Mei 2021

MaduTV Siaran Digital di Surabaya

SEPERTI yang saya tulis sebelumnya; bahwa saya sedang menunggu. Setelah Jtv dan SBO/Jawa Pos TV mengudara di kanal digital (via MUX TVRI, ch. 35), stasiun televisi mana lagi yang akan menyusul mengudara di Surabaya?

Ya, tentu sebagian akan langsung menjawab: RTV dan NET. (Karena semua televisi nasional lainnya telah bersiaran secara simulcast di Surabaya. Artinya, di Surabaya semua MUX telah mengudara. Walau, MUX si Emtek grup, sejauh ini, sinyalnya masih pelit -- pakai banget). Namun yang saya maksud adalah tv lokal Surabaya. Bukankah dengan telah mengudaranya Jtv dan Jawa Pos TV (setelah lebih dulu BBSTV sudah mengudara di MUX Media grup) kini tv lokal Surabaya tinggal TV9, ArekTV dan SurabayaTV yang belum nongol di jalur digital

Baiklah, dengan kenyataan barangkali bahkan diantara kita sudah ada yang lupa kalau di Surabaya ada yang namanya ArekTV dan SurabayaTV, tentu saya berharap TV9 segera bersiaran di kanal digital. Ikut MUX manapun silakan.

TV9, sebagai saluran tv ia lebih dari sekedar bintang lima (karena berbintang sembilan😊), tentu akan makin cling di kanal digital. Digital terrestrial yang saya maksud. Karena kalau digital jalur langit, kita sudah pada tahu, si televisi yang punya slogan Santun Menyejukkan ini sudah lama mengudara di berbagai satelit.

Channel TV digital Surabaya.

Hari ini, hari terakhir bulan Mei 2021, ternyata oh ternyata, bukan si TV9 yang nongol di kanal digital. Bukan ArekTV, bukan pula SurabayaTV. Tetapi... eng ing eng: MaduTV Nusantara. Stasiun televisi yang berbasis di Tulungagung. Dengan menyandang nama Nusantara di belakang namanya, saya menebak: saluran televisi ini tentu juga 'berhaluan bintang sembilan' seperti halnya TV9

Acara seni wayang kulit dan atau program dakwahnya, yang setali tiga uang dengan BBSTV, menjadikan makin ada beragam pilihan tontonan dan tuntunan. Dengan basis kulonan, bahasa Jawa yang dipakai MaduTV tentu lebih luwes di acara Campursari dan sejenisnya. Dibanding bahasa yang dipakai saluran televisi lokal sebelah yang kadang mengandung hoho-hihe, penthil muter, pistul gobyok, empal brewok dan sejenisnya, yang bagi sebagian kuping akan terdengar saru dan membuat risih saat mendengarnya.



Tanggal batas akhir itu, 2 November 2022 (saat semua siaran televisi analog harus turun dari udara alias ASO) masih 'relatif lama'. Selama rentang waktu itu, saya masih akan terus berharap dan bertanya; NET dan RTV akan mengudara di MUX mana. Pun si ArekTV dan SurabayaTV. Ataukah malah ada pendatang baru semacam MaduTV yang bahkan tidak mengudara (jalur analog) di Surabaya tiba-tiba mak-bedunduk ada. BaliTV, misalnya. Lalu bagaimana dengan TV9?

Entahlah. Namun, apapun ceritanya, saya yakin, semua akan digital terrestrial pada waktunya. ****



Senin, 26 April 2021

Setelah Semua Mux Mengudara Lalu Apa?

MINGGU kemarin saya iseng scan siaran tv digital di dekat towernya. Iya, di Surabaya ini, semua pemancar tv ada di bagian barat. Kecuali TVRI. Iya kalau dari Surabaya timur, pemancar TVRI tetap di barat. Tetapi tidak barat-barat amat dibanding lainnya. Termasuk tower RCTI yang dulu menjulang di kawasan Kertajaya Indah, kini kokoh berada di Sambisari, Surabaya Barat.

Saat saya scan kemarin, saya memboyong set top box Kaonsat. Dengan antena mungil bawaan tv portable mainan anak saya dulu.

Lihat Youtube saya,
klik disini! 

Dari lantai 23, tempat saya mencoba tracking, nyaris semua tower pemancar kelihatan. Kecuali yang terhalang gedung apartemen Puncak Bukit Golf yang bangunanya memang persis di barat tempat saya. Juga pemancar TVRI gak kelihatan, karena ia berada di timur.

Dari jarak, rata-rata tak sampai tujuh kilo meter dari pemancar, nyaris semua siaran digital tertangkap. Kecuali yang tidak tertangkap. πŸ˜€ 

Jadi begini, beberapa yang tidak tertangkap itu dikarenakan terhalang gedung, menjadikan saya secara serampangan berkesimpulan sinyal tv digital tidak dapat menembus halangan gedung. Tolong koreksi kalau salah. Hal kedua yang saya curigai sebagai penyebab tidak tertangkapnya sinyal adalah karena antena yang saya gunakan terbilang sangat mini. Kecil sekali, dan cuma saya taruh di atas pesawat televisi. Lain halnya kalau antena yang saya pakai lebih mumpuni, dengan dipasang di balkon atau top roof.

Tetapi begini; di apartemen, biasanya ada aturan bahwa kita tidak diperkenankan semaunya menaruh barang, termasuk antena, di bagian yang tampak dari luar. Sedangkan untuk menarik kabel antena untuk ditaruh di top toof, juga tak semudah itu, Fergusso.

Jadi?

Ya tak usahlah dibahas lebih jauh. Toh saya bukan penghuni apartemen. 😊

Baiklah, setelah Mux MNC grup mengudara, lengkap sudah semua mux on air di Surabaya. Lalu apa? Sedangkan realitanya, pemilik mux itu adalah para raksasa. Yang punya saluran televisi tidak cuma satu. Ambil rata-rata saja: masing-masing telah punya empat. Hitung saja. Berapa sudah yang mengudara di kanal digital.

Untuk yang berjaringan nasional, tinggal RTV dan NET. yang belum ada. Selebihnya adalah pemain lokal. Yang dua di antaranya telah mengudara. BBSTV ikut mux Media grup, Jawa Pos TV (SBO TV) ikut TVRI.

Ditunggu saja; bakal di mux mana JTV, TV9, ArekTV dan SurabayaTV akan mengudara? *****



Rabu, 21 April 2021

Akhirnya, Mux MNC On Air

KEMARIN siang, sebagaimana teman lain yang gandrung mengamati perkembangan siaran tv digital terrestrial, saya iseng scan. Alat tempur yang saya pakai ini terbilang tua. Set top box PF-209 ini saya beli tujuh tahun lalu. Saat itu saya belum bisa tracking jalur langit.

Nah, setelah menekan tombol pada remote control untuk melihat bar sinyal Mux grup Emtek (ch. 29) masih saja loncat-loncat dan tak pernah berhasil saya lock, saya pindah ke MUX 41. Milik MNC. Yang beberapa waktu lalu sempat nge-prank. On air sebentar, lalu zonk lagi. Kelakuan nakal itu tidak cuma sekali. Padahal sudah kadung disambut riang gembira, eh gak tahunya cuma memanasi alat belaka. Begitu kelakar teman-teman saya.

Akhirnya...
Semoga bukan nge-prank.

Saat saya panjer di kanal 41 kemarin itu, saya sambil mainan HP. Sambil lalu saya lihat bar sinyal di layar. Tetap seperti sebelumnya. Saya teruskan mainan HP. Begitulah, di bulan puasa begini yang berat itu bukan menahan lapar dan dahaga, tapi betapa berat menahan diri dari tidak dolanan HP, bersosmed-ria.😊

Saya lirik lagi bar sinyal MUX MNC. Lhadalah, kok ada penampakan. Langsung saya scan. Dapat empat channel. RCTI, MNCTV, GTV dan INews. Formasi lengkap, dengan kekuatan sinyal yang mantap.

(Di tanggal cantik kemarin itu, 21-4-21, Mux MNC grup selain di Surabaya, juga secara bersamaan on air di kota Medan, Banjarmasin dan Semarang. Siaran secara simulcast. Di jalur analog tetap bisa dinikmati, di kanal digital juga demikian. Sampai kemudian, di waktu yang telah ditentukan, 2 November 2022, semua siaran televisi yang di jalur analog akan di-off-kan).

Penampakan RCTI dan
bar sinyalnya.

Walau tetap hati-hati karena jangan-jangan MUX MNC grup ini sedang nge-prank lagi, saya potret dan kemudian saya posting penampakannya di grup pemerhati siaran tv digital terrestrial di Efbi. Saling-silang tanggapan bersautan. Gempita. Bagi penggemar Ikatan Cinta tentu saja ini kabar gembira. Bisa menimati tayangan sinetron kisah Aldebaran dan Andini dengan kualitas gambar clink, bening bubas semut.

Tetapi tentu tak sepenuhnya demikian adanya. Karena, tidak sedikit diantaranya adalah penggembira belaka, tapi bukan penggembira biasa. Maqom-nya sudah penggembira khusus. Yakni, senang ketika mendapati siaran di kanal digital makin bertambah, tetapi kalau di rumah, walau menghidupkan televisi, mata dan tangannya justru khusyuk dolanan HP. 😊 *****


Senin, 08 Maret 2021

Service TV LED Surabaya

SEBAGAI tracker amatiran, saya terbilang suka utak-atik antena. Ya parabola, ya antena UHF biasa untuk memantau siaran tv digital terrestrial. Altem (alat tempur) yang saya miliki; selain  satfinder SF-500 & Freesat V8, ada antena parabola jaring ukuran 6 feet, ada antena offset ex Aora, untuk jalur UHF ada antena Titis TS-1000, ada juga antena merk Paramount Gold

Untuk receiver, saya punya beberapa. Semuanya kelas murmer, alias murah-meriah. Ada Matrix Burger S2, ada Matrix Garuda, ada Skybox A-1 New. Sedangkan untuk receiver atau STB DVB-T2, yang sedang menancap dan terhubung dengan tv adalah set top box PF-209. Ada juga si Polytron PDV 600T2 yang belum seminggu menjadi koleksi saya. Koleksi?

Enggak juga sih. Walau kalau mau dihitung, sejak dolanan STB DVB-T2, saya sudah 'habis' beberapa. Iya, rusak. Bagaimana lagi, lha wong saya ini gak bisa memperbaiki. Padahal, kata teman, hobi tracking itu harusnya juga bisa elektronik. Dan saya sama sekali gak bisa. Nul puthul, pokoknya. 

Gelap, untuk menyala harus
menunggu setengah jam.😎

Nah, kalau harga STB kan tidak seberapa, nabung lagi, uang terkumpul, lalu beli lagi. Tetapi kalau pesawat televisinya yang rusak bagaimana? Ini dia masalahnya. Nah, tempo hari tv Sharp LED saya rusak. Rewel. Namanya juga barang lama. Mungkin maunya minta 'adik' baru. Yang lebih canggih, yang kategori smart tv. Tapi saya kan bukan sultan. Dan untuk beli tv baru mesti mikir seribu kali. 

Sedangkan untuk mencari tempat service tv LED yang baik dan amanah, rasanya kok juga mesti mikir sekian kali. Iya kalau jujur, kalau saya diplokotho bagaimana? Misal, kerusakannya cuma begini tapi ongkosnya harus segitu. Ya, maaf-maaf saja, mungkin ini hanya prasangka buruk saya saja.

Padahal semakin saya menunda perbaikannya, semakin Ibu Negara geregetan karena ketinggalan beberapa episode sinetron Ikatan Cinta.  

Lalu saya cari-cari di Google, mencari tempat service tv LED yang relatif dekat dengan rumah saya. Ada beberapa pilihan. Tetapi dari beberapa itu, setelah membaca ulasannya di Google, akhirnya tv LED saya bawa ke Deny Elektronik, di jalan Kedung Baruk 42, Surabaya.

Begitu saya datang, senyum ramah menyambut. Ketakutan akan diplokotho perlahan mulai luntur. Pesawat televisi saya langsung ditangani. Cekatan dicek dengan teliti. Ketika ditemukan part yang harus diganti, langsung dieksekusi. Dicek lagi. Lalu dicoba. Clink. Selesai. Kelegaan saya masih bertubi, "Garansi satu bulan ya, Pak", kata Mas Deny sambil membungkus rapi pesawat tv LED saya. 

Clink, saya bisa nonton
Maleo lagi.

Ketakutan saya kalau-kalau pesawat televisi saya mesti 'rawat inap' dengan demikian akan pantas kalau dikenakan biaya yang bikin kantong bolong, tiada terbukti. Oknum tukang service tv yang 'nakal' mungkin memang ada. Tetapi yang jujur, profesional, amanah dan dengan tarif wajar, tentu juga masih sangat banyak. Mas Deny ini salah satunya. ****



Jumat, 05 Maret 2021

Adu STB : PF-209 vs Polytron PDV-600T2

KEMARIN saya beli set top box lagi. Dari merk terkenal, Polytron. Type PDV 600T2. Saya sudah punya set top box, sebenarnya. Yang saya beli sudah lama sekali. Jauh sebelum saya banting setir mencari jalur langit, tracking tv satelit.

Gara-garanya, waktu sekitar tujuh tahun yang lalu itu, geliat migrasi tv analog ke digital lelet sekali. Saya dikompori teman agar dolanan jalur langit saja. Dan saya turuti. 

Sekarang geliat migrasi analog ke digital sudah ada kepastian. November 2022. Istilahnya ASO alias Analog Switch OffSaat mana semua siaran televisi di Indonesia harus sudah berhenti bersiaran analog. Harus beralih ke kanal digital. Sebuah deadline yang disambut suka cita teman-teman pemerhati siaran televisi. Juga oleh pemirsa yang ingin gambar di layar tv menjadi clink, bening.

Terlebih bagi yang telah punya pesawat tv yang sudah support DVB-T2. Yang selama ini terpaksa cuma untuk menangkap siaran analog. 

Hal lainnya lagi adalah mulai ramai kembali peredaran set top box. Ini untuk golongan kaum seperti saya; kaum yang pesawat tivinya masih analog. Agar bisa menangkap siaran digital tidak bisa tidak, kudu pakai alat yang namanya set top box itu.

Baiklah, di bawah ini saya akan tampilkan foto perbandingan penangkapan antara dua set top box milik saya. (Dalam membuat perbandingan ini, yang berbeda hanya set top box-nya saya. Sedangkan pesawat tivi dan antenanya tetap sama.)

Nah, antara set top box PF-209 dan Polytron PDV 600T2, sakti mana dalam menangkap sinyal tivi digital terrestrial?

MUX Viva

MUX Media Grup

MUX Trans

MUX Grup Emtek.

MUX TVRI

Itulah penampakannya. Sakti mana? Beda tipis sepertinya. Pada PF-209 sinyal MUX Emtek terdetek, sedangkan pada Polytron tiada penampakan batang sinyal sama sekali. Walau demikian, menggunakan PF-209, saat di-scan tetap zonk pada pesawat tv saya.

Jadi, apa set top box andalan Anda? ****


Rabu, 10 Februari 2021

MUX MNC Grup On Air

SUATU pagi, ada pesan masuk di akun Facebook saya. Laiknya, kabar yang disampaikan saat pagi-pagi buta begitu berkategori genting. Paling tidak, itu hal penting. Dan sungguh. Simak kalimatnya: "Coba cek MUX 41. MNC on air".

Benar saja. Seperti kena hipnotis, di pagi itu, belum juga cuci muka, saya langsung menghidupkan STB. Yang saya beli sekian tahun yang lalu. Jauh sebelum saya kemudian banting setir dolanan wajan, tracking jalur langit. Ya, gara-gara siaran tv digital terrestrial lajunya seperti siput. Nggremet.

Tapi kini sepertinya telah ada titik terang. Payung hukum telah ada. Batas akhir ASO juga sudah ditentukan. Kabar baik? Tentu.

Maka, saat tahu walau MUX Emtek di Surabaya ini telah on tapi saya malah dibikin o'on gara-gara saat saya scan sama sekali gak nyantol, kabar Mux MNC yang sudah mengudara tentu layak disambut dengan riang gembira. Baiklah, jujur saya bukan penggemar sinetron Ikatan Cinta walau ada yang ngawur bilang saat muda dulu wajah saya mirip Aldebaran. (Tolong tahan, kalau mau huek byor jangan di depan sayaπŸ˜€)

Hasil saat saya pantau layar, benar saja. Sinyal MUX MNC mantap. Ada RCTI, MNCTV dan GlobalTV. Sementara INews gak ikut. Entah kenapa.


Dengan begitu, praktis semua MUX di Surabaya telah mengudara. Channel 23 (antv, tvOne), channel 25 (MetroTV, BN-tv, Magna Channel, BBS), channel 27 (TransTV, Trans|7, CNN Indonesia, CNBC Indonesia, KompasTV), channel 29 (sinyal preeet...), channel 35 (TVRI Nasional, TVRI Jatim, TVRI SportHD, TVRI3) dan channel 41 (ohya, on air cuma beberapa jam. Lalu zonk entah sampai kapan. Semoga tidak sampai Anggun jadi duta shampoo lain). ****


Sabtu, 23 Januari 2021

Antena UHF Paramount Gold


SEJAK
diketok palu untuk batas akhir umur siaran tv analog pada 22 November 2022, sepertinya geliat migrasi siaran televisi dari analog ke digital kembali terasa. Di beberapa zona, ambil sebagai contoh MUX MNC grup langsung tancap gas, walau di area lain masih harus besabar dulu. Menunggu pengadaan perangkat dulu. Termasuk menunggu proses lelang MUX di beberapa propinsi.

Saya mengikuti perkembangan di zona lain via sosmed saja. Sedang di area Surabaya ini, seminggu yang lalu ada kejutan dari MUX Viva yang tiada hujan-tiada angin tiba-tiba nongol. Walau, kemudian langsung clink: menghilang lagi. Kok saya jadi ingat jailangkung ya. Hehe...

Baiklah, mungkin Viva sedang memanasi perangkat saja. Baru uji coba. Walau sebenarnya, saya inginnya MUX Viva langsung tancap gas, menyalip sinyal MUX Emtek yang walau sudah sebulan lebih on air, tapi sinyalnya masih pelit (pakai banget).

Karea geregetan bercampur penasaran dengan sinyal MUX Emtek (Ch. 29/538 MHz), saya belain sampai ganti antena. Saya berprasangka, jangan-jangan antena Titis TS-1000 milik saya sudah kurang titis lagi dalam menangkap sinyal digital. Lalu, antena apa yang lebih sakti?

Nah, tempo hari saya ada keperluan urusan kerjaan ke Pasar Genteng, Surabaya. Anda tahu, Pasar Genteng adalah gudangnya peralatan, wabil khusus untuk perangkat antena parabola. Di sebuah toko, saya lihat ada terpajang antena UHF merk Paramount. Produksi Gapura Agung. Produsen antena parabola yang lumayan kondang. Antena parabola yang saya pasang di rumah saya juga keluaran Gapura Agung. Merknya juga Paramount.

Menilik rekam jejak penangkapan sinyal antena parabola saya cap Paramount yang jos-gandos, saya kepincut untuk membeli antena UHF merk yang sama. 

Seperangkat antena UHF merk Paramount Gold itu saya pinang dengan mahar 125 ribu. Mahal? Relatiflah.

Secara bentuk, antena ini praktis. Warnanya juga anti-mainstream; cokelat tua. Ukuran: panjang 85 cm, lebar sirip sekitar 15 cm, lebar reflektor di bagian belakang sekitar 30cm. Yang menarik adalah, telah tersedia konektor; male dan female. Dengan diameter kabel yang sesuai ukuran RG6. 

Setelah saya rakit, si Paramount Gold ini saya pasang. Dengan ketinggian sejajar dengan antena lama, si Titis TS-1000. Kalau diukur secara meter, ya sekira 8-9 meteranlah. Pokoknya di atas atap lantai dua rumah saya.

Bagaimana penangkapan sinyalnya?

Untuk analog sepertinya lumayanlah. Beberapa kanal analog yang tadinya kurang jernih, jadi makin bening. Untuk sinyal digital bagaimana?

Saat saya cek sinyal kanal digital, mendapati sinyal MUX Media Grup jos, sinyal MUX TVRI joss, sinyal MUX Trans juga josss, sinyal MUX Emtek... tetap ndledek, lembek. Tak jauh beda dengan saat saya scan pakai antena Titis TS-1000.****

Untuk review versi audio visual, silakan klik: https://youtu.be/AYq9uX9BssU