Minggu, 11 Desember 2022

SurabayaTV, Matahari Mati Suri?

SAAT Anda membaca tulisan ini tentu telah berbeda hari dari saat saya menuliskannya. Saat dimana mungkin telah terjadi suntik mati siaran tv analog di Surabaya. Ketika saya membuat tulisan ini, ASO (Analog Switch Off) di Surabaya dan sekitarnya (area Jatim-1; mencakup wilayah Gerbangkertasusila juga sebagian Pasuruan), secara hitung mundur kurang sembilan hari.

Secara waktu, tentu sembilan hari itu pendek sekali. Dibanding rentang panjang 'peta jalan' dimulainya migrasi ini. Sejak zaman menkominfonya pak M. Nuh. Hari ini, kalaulah ada pemirsa yang belum siap (tvnya masih belum digital, tak jua segera beli STB), kelompok ini akan tak bisa menyaksikan siaran tv setelah tanggal 20 Desember nanti.

Secara jumlah stasiun tv yang saat ini telah bersiaran digital di Surabaya terbilang sudah komplet. Dalam artian tv yang selama ini bersiaran analog. Lebih malah. Karena ada stasiun tv yang tidak ada di analog kini mengudara di kanal digital. Ambil misal CNN Indonesia, CNBC, Magna, BNtv, TVRI Sport, TVRI World, MaduTV dll. Juga ada tv lokal yang secara analog menghuni frekuensi 44 analog, yang sekian lama kurang terdengar kabarnya, sekarang muncul lagi. Tidak lagi di jalur analog, tetapi bersiaran di kanal digital. Ikut MUX-nya TVRI di channel 35 UHF. Ya, Anda betul: SurabayaTV.

Acara musik Jawa 
di SurabayaTV

Secara afiliasi jaringan, SurabayaTV adalah dari kelompok Indonesia Network-nya BaliTV bersama BandungTV, SemarangTV dan entah tv mana lagi. Namun dimana-mana, entah sampai kapan, taring sekaligus rating tv lokal kalah tajam dari tv nasional. Kualitas konten menjadi salah satu senjata tumpul tv lokal melawan dominasi konten tv nasional. Yang secara kapital memang lebih unggul. Benar, bisnis tv adalah bisnis yang mengandalkan kreatifitas. Dan, sebuah ide dari tim kreatif yang kemudian dieksekusi menjadi konten siaran, membutuhkan modal cuan yang cukup agar saat ditayangkan terlihat yahud. 

Tentu ada tv lokal yang sanggup mencari celah agar mampu menyelinap dan tampil di antara jajaran dan jor-joran program tv nasional. Ambil misal Jtv. Ia stasiun tv lokal yang punya program andalan dan cukup dikenal. Ada Pojok Kampung di segmen berita, juga ada Stasiun Dangdut di musik. MaduTV dan tv9 tentu telah punya segmen pemirsa tersendiri, dengan konten siaran andalan yang kita telah tahu sendiri. Sementara untuk ArekTV, BBSTV dan JawaPos tv (dh. SBO) kok saya belum menemukan program yang menjadi semacam killer content-nya.

Bagaimana dengan SurabayaTV? TV ini sebenarnya telah lama ada. Di jalur analog, di Surabaya. Namun sayangnya adanya, seperti tak adanya. Dalam artian, sekian lama ia seperti mati suri. Secara izin masih hidup, secara siaran ia mati. Kini SurabayaTV telah muncul dengan kualitas gambar yang bersih, suara yang jernih dengan teknologi lebih canggih. Ya, seperti tagline-nya si Modi.

Namun bagaimana program siarannya? Akankah ia sanggup membuat konten yang bisa menawan sekaligus menahan pemirsa agar tidak segera menekan tombol remote control untuk berpindah ke saluran lain?

SurabayaTV mempunyai slogan yang cukup mbois: Matahari dari Surabaya. Semoga 'matahari' itu selalu bersinar di kota pahlawan ini. Mampu menembus bayang-bayang kelabu acara (yang sebenarnya) kurang bermutu dari tv swasta nasional, namun anehnya banyak yang suka.*****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar